Wahyu Hargi

http://wahyu-hargi.blogspot.com

2

Google Adsense

jasa pendaftaran Google Adsense

4

Go to Blogger wahyu hargi

Depan kampus

Gunadarma

Sunday, July 7, 2013

Sahabat Bumi Perkemahan (Cerpen)

“Garcya… Garcya bangguuunn…ayoo bangunn…!” teriak mama membangunkan Garcya yang masih tertidur lelap.
“Iya ma, sebentar aku masih ngantuk,” keluh Garcya dari dalam kamar.
“pagi ini kamu kan mau kemping, ayo cepat bangun lalu sarapan dan berangkat, sayang.” Sahut mama sambil menyiapkan sarapan.
“iya aku bangun.” Jawab Garcya pelan. Garcya segera mandi dan langsung turun untuk sarapan.

Waktu memang baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, tapi Garcya harus berangkat agar tidak ditinggalkan rombongan. Hari ini Garcya akan kemping bersama teman-temannya di bumi perkemahan Srigati. Tepat pukul 08.00, mereka sudah sampai di sana.
Mereka langsung mendirikan tenda, rencana mereka akan kemping selama 3 hari. Tujuan mereka kemping adalah untuk pendekatan dengan alam sekaligus study tour.

Hari ini mereka fokus untuk membersihkan daerah sekitar, beres-beres tenda dan mengumpulkan kayu untuk api unggun malam ini.
“Garcya, Aldo, Fikri, Dita, Canny dan Boni, ayo bantu bapak mencari kayu bakar.” Seru Pak Anton pada beberapa orang anak.
Saat semua sedang asyik mencari kayu bakar, tiba-tiba ada suara yang memanggil,
“Garcya… Garcya…” sebuah suara memanggil dari kejauhan.
“Siapa kamu?” kata Garcya saat menoleh kebelakang.
Tampak anak laki-laki sebayanya yang memanggil tadi, melambaikan tangan sambil tersenyum pada Garcya. Garcya mengejar anak itu, tapi anak itu sudah menghilang. Tanda tanya besar masih membayangi ingatan Garcya tentang asal usul anak itu.

Malam yang indah dengan api unggun yang menemani malam kami, kami berbahagia sambil bernyanyi-nyanyi. Pukul 10.00 malam acara selesai, kami harus kembali ke tenda masing-masing untuk tidur.

1 jam berlalu, 2 jam berlalu, tapi aku masih gelisah tak bisa tidur, memikirkan siapa anak itu, karena kata Pak Anton tidak ada sekolah atau siapa pun yang kemping di sini selain sekolah kami. Karena aku belum bisa tidur dan rasa penasaranku yang begitu besar, sehingga ku beranikan diriku untuk keluar tenda dan mencari tau semuanya.
Ku berjalan sudah cukup jauh dari tenda, “aaakkk…” seseorang menepuk pundakku, kulihat ke belakang, ternyata anak itu, anak yang tadi siang memanggilku.
“Tak usah takut, jangan teriak, aku tak akan menyakitimu,” jelas anak itu pada Garcya.
“ooo.. oohh, iya, siapa namamu? Darimana kamu tau namaku? Kenapa malam-malam begini belum tidur?” tanya Garcya yang begitu penasaran.
“uuummm…mmm.. aku Gio, aku tau karena pernah ku dengar gurumu memanggil namamu, malam ini aku harus cari obat untuk ibuku karena sakitnya kambuh.” Jelas nya pada Garcya.
“Oiya, dimana rumah mu?” tanya Garcya kembali.
“Sana di tengah hutan, kamu mau gak jadi sahabatku? Karena selama ini gak ada yang mau temenan sama aku.” Pinta Gio pada Garcya.
“Tentu, bila kamu anak baik, sudah ya, aku harus balik ke tenda, besok kita ketemu lagi.” Pamit Garcya pada Gio.

Saat kembali ke tenda, Garcya langsung tertidur lelap. Keesokkan paginya, banyak aktivitas yang harus mereka lakukan. Pagi ini mereka senam, mandi lalu sarapan. Pagi ini adalah pagi cari tahu karena kami ditugaskan masuk hutan untuk mencari tanaman obat yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit.

Di hutan banyak sekali daun yang indah dan semuanya hampir sama mirip dengan yang Garcya cari, “tenang Garcya, aku akan membantumu!”. Ternyata Gio yang barusan bicara, “terima kasih, Gio, aku senang kalau kamu bisa bantu aku.” ucap Garcya. Mereka melanjutkan mencari daun obatnya lagi.

Alhasil semua daun yang di butuhkan sudah di dapat, Garcya kembali ke tenda. Seperti kemarin, malam ini Garcya tidak bisa tidur lagi, tapi Garcya tidak sendiri Canny juga tidak bisa tidur. Mereka berdua keluar tenda. Tiba-tiba datang Gio, Garcya mengenalkan Canny ke Gio. Tapi hati Canny tidak tenang berada di dekat Gio. Canny pun segera menarik Garcya ke dalam tenda, ia menceritakan semua kegelisahannya pada Garcya, tapi apa yang di rasakan Canny tidak di rasakan Garcya. Garcya malah menceritakan semua kebaikkan Gio saat awal mereka bertemu. Setelah itu mereka pun tertidur.

Hari ini adalah hari terakhir Garcya dan rombongannya kemping di sini. Ini adalah kemping pertama Garcya yang paling mengesankan. Sebelum pulang Garcya ingin sekali bertemu dan pamit pada Gio, Canny yang tau niatan Garcya berusaha melarang, karena Canny tau tempat ini adalah tempat yang angker, tapi walaupun Canny sudah cerita semua ketakutannya, tetap saja Garcya tidak mau mengindahkan.
Garcya pun mulai masuk ke hutan dan memanggil-manggil Gio,
“Gioo…Gioo…” seru Garcya.
“apa Garcya? kamu mau pulang ya? Kok kamu tega meninggalkan aku?” kata Gio dengan nada sedih.
“iya Gio, aku mau pamit, kemping sudah berakhir. Aku senang kok kalau bisa terus bersamamu, tapi aku harus pulang, aku janji kalau ada waktu aku akan mengunjungimu. Selamat tinggal Gio.” Jelas Garcya.

Di perjalanan ku tanyakan semua tentang Srigati dan kebenaran ucapan Canny pada Pak Anton tak lupa juga ku ceritakan Gio pada Pak Anton.
“Garcya, Srigati memang tempat yang cukup angker dan banyak mitos yang mengatakan banyak makhluk halus yang berkeliaran di sana. Kalau tentang anak laki-laki itu, bapak kurang yakin, karena di tengah hutan tidak ada rumah, dan tidak ada sekolah yang kemping disana, jadi bapak rasa dia bukan seperti kita..” jelas Pak Anton.
“apa itu benar pak?” tanya Garcya penasaran.
“iya, Garcya, maka itu kamu harus hati-hati, dan tidak usah takut dengan anak laki-laki itu, dia tidak akan mengganggumu sampai rumah.” Jelas Pak Anton
“iya pak, berarti selama ini saya sudah salah berteman, dan tidak percaya dengan kata-kata Canny” kata Garcya yang sedang merinding ketakutan.
Garcya menghampiri Canny dan minta maaf
“Can, maaf ya aku udah gak percaya sama kamu tentang Gio, sekarang aku takut, setelah mendengar cerita Pak Anton.” Kata Garcya.
“Gak apa-apa kok, kamu gak usah takut, dia gak akan mengganggumu sampai rumah kok, aku juga akan selalu menemanimu “jelas Canny
“ya, tadi Pak Anton juga bilang kayak gitu, tapi aku masih takut dan menyesal.” sesal Garcya.

Cerpen Karangan: Kerin Irawan